Rabu, 01 Juni 2011

ASKEB V ( KOMUNITAS )

PERTOLONGAN PERTAMA KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN NEONATUS

B. KEGAWATDARURATAN NEONATUS
Neonatus adalah organism yang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke ekstrauterin. Masa neonatus adalah periode selama satu bulan(lebih tepat 4 minggu atau 28 hari setelah lahir).
Kondisi neonatus yang memerlukan resusitasi :
1. Sumbatan jalan napas akibat lender/ darah/mekonium atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu. Misalnya, obat anestesik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya.
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan/ kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan/ atau kalainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan/ sirkulasi.
5. Syok hipovolemik, misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonates adalah asfiksia dan perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (mis; pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi.
Asfiksia yang terdeteksi sesudah lahir, prosesnya berjalan dalam beberapa fase/ tahapan.
1. Janin bernapas megap-megap (gasping), diikuti dengan
2. Masa henti napas (fase henti napas primer).
3. Jika asfiksia berlanjut terus, timbul pernapasan megap-megap yang kedua selama 4-5 menit (fase gasping kedua) diikuti masa henti napas kedua (henti napas sekunder).
Semua neonates dalam keadaan apapun mempunyai kesukaran untuk beradaptasi dengan suhu lingkungan yang dingin. Neonates yang mengalami asfiksia khususnya, mempunyai system pengaturan suhu yang lebih tidak stabil dan hipotermia ini dapat memperberat/ memperlambat pemulihan keadaan asidosis yang terjadi.
Keadaan bayi pada menit ke-1 dan ke-5 sesudah lahir dinilai dengan skor Apgar (appearance, pulse, grimace, activity, respiration). Nilai pada menit pertama untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup. Nilai pada menit kelima untuk menilai prognosis neurologis.
Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3) diatasi dengan memperbaiki ventilasi paru dengan memberi oksigen tekanan langsung dan berulang. Ada pembatasan dalam penilaian Apgar ini.
1. Resusitasi segera dimulai jika diperlukan dan tidak menunggu sampai ada penilaian pada menit pertama.
2. Keputusan perlu tidaknya resusitasi maupun penilaian respons resusitasi cukup dengan menggunakan evaluasi frekuensi jantung, aktivitas respirasi, dan tonus neuromuscular, bukan dengan nilai Apgar total. Hal ini untuk menghemat waktu.
TABEL 10-1 Nilai Apgar
Tanda vital
0
1
2
Denyut jantung
Tidak terdengar
<>
>100/ menit
Pernapasan
Hilang
Lambat/ tidak teratur/ lemah
Normal, bayi menangis
Tonus otot
Flaksid
Sedang
Baik, gerakan aktif
Refleksi iritasi(distorsi wajah sebagai respons terhadap kateter aspirasi)
Tidak ada reaksi
Reaksi berkurang
Reaksi normal
Warna kulit
Biru atau pucat
Badan merah muda, ekstremitas biru
Seluruhnya merah muda
Perencanaan berdasarkan perhitungan nilai Apgar.
1. Nilai Apgar menit pertama 7-10, biasanya bayi hanya memerlukan tindakan pertolongan berupa pengisapan lender atau cairan dari orofaring. Tindakan ini harus dilakukan secara hati-hati, karena pengisapan yang terlalu kuat/traumatic dapat menyebabkan stimulasi vagal dan bradikardia sampai henti jantung.
2. Nilai Apgar menit pertama 4-6, hendaknya orofaring cepat diisap dan diberika oksigen 100%. Bayi diberi stimulasi sensorik dengan tepukan atau sentilan ditelapak kaki dan gosokan selimut kering ke punggung. Frekuensi jantung dan respirasi terus dipantau ketat. Jika frekuensi jantung menurun atau jika ventilasi tidak adekuat, harus diberikan ventilasi tekanan positif dengan kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat bantu ventilasi, gunakan teknik pernapasan buatan dari mulut ke hidung mulut.
3. Nilai Apgar menit pertama 3 atau kurang menunjukkan bayi mengalami depresi pernapasan yang berat dan orofaring harus cepat diisap. Ventilasi tekanan positif dengan oksigen 100% sebanyak 40-50 kali per menit harus segera dilakukan. Kecukupan ventilasi dinilai dengan memerhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas. Jika frekuensi jantung tidak meningkat sesudah 5-10 kali napas, kompresi jantung harus dimulai. Frekuensi 100-120 kali per menit dengan 1 kali ventilasi setiap 5 kali kompresi (5:1).
Penyulit yang mungkin terjadi selama resusitasi meliputi hipotermia, pneumotoraks, trombosis vena, atau kejang. Hipotermia dapat memperberat keadaan asidosis metabolik, sianosis, gawat napas, depresi susunan saraf pusat, dan hipoglikemia. Pneumotoraks diatasi dengan pemberian ventilasi tekanan positif dengan inflasi yang terlalu cepat dan tekanan yang terlalu besar dapat menyebabkan komplikasi ini. Jika bayi mengalami kelainan membrane hialin atau aspirasi mekonium, resiko pneumotoraks lebih besar karena komplians jaringan paru lebih lemah. Tombosis vena diatasi dengan pemasangan infuse/ kateter intravena dapat menimbulkan lesi trauma pada dinding pembuluh darah, potensial membentuk thrombus. Selain itu, infus larutan hipertonik melalui pembuluh darah tali pusat juga dapat mengakibatkan nekrosis hati dan thrombosis vana.
Pencegahan hipotermia merupakan komponen asuhan neonatus dasar bayi baru lahir tidak mengalami hipotermia. Hipotermia terjadi jika suhu tubuh di bawah 36,5°C (suhu mormal pada neonates adalah 36,5-37,5°C) pada pengukuran suhu melalui ketiak. Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh hal-hal berikut.
1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
2. Permukaan tubuh bayi relatif luas.
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
4. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena ada penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi akibat:
1. Radiasi, yaitu panas tubuh bayi memancar ke lingkungan di sekitar bayi yang lebih dingin. Misalnya, bayi baru lahir diletakkan di tempat yang dingin.
2. Evaporasi, yaitu cairan ketuban yang membasahi kulit bayi menguap. Misalnya, bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
3. Konduksi, yaitu pidahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misalnya, popok/ celana bayi basah yang tidak langsung diganti.
4. Konveksi, yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi. Misalnya, bayi diletakkan dekat pintu/ jendela terbuka.
Tindakan pencegahan hipotermia meliputi ibu melahirkan di ruangan yang hangat, segera mengeringkan tubuh bayi yang lahir, segera meletakkan bayi di dada ibu dan kontak langsung kulit ibu dan bayi, dan menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh stabil.
Kejang dalam 1 jam pertama kehidupan jarang terjadi. Kejang dapat disebabkan oleh meningitis ensefalopati atau hipoglikemia berat. Pastikan bayi dijaga tetap hangat dengan membungkus bayi menggunakan selimut lembut, kering, dan mengenakan topi untuk menghindari kehilangan panas. Rujuk bayi segera ke tempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU.
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernapas (frekuensi <30>60 kali/ menit) beri oksigen melalui kateter hidung atau nasal prong. Jika suhu aksila turun di bawah 35°C, hangatkan bayi segera.
REFERENSI
Prof. Dr. Winjosastro Hanifa, SpOG. (2005). Ilmu Kebidanan, cetakan ketujuh, Ed.3. Jakarta: Pustaka Sarwono Prawiroharjo Yayasan Bina.
Prof. Dr. Heller Luz. (1997). Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri, Ed. 1. Jakarta: EGC Buku Kedokteran.
Prof. Dr. Basari Saifuddin, SpOG, Mph. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

ASKEB V ( KOMUNITAS )

SISTEM RUJUKAN
1.     A. PENDAHULUAN
Kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
1.     B. TUJUAN INSTRAKSIONAL UMUM
Diharapakan mahasiswa melaksanakan manajerial asuhan kebidanan dikomunitas baik di rumah, posyandu, polindes dengan focus making pregnancy safer dan system rujukan.
1.     C. TUJUAN INSTRAKSIONAL KHUSUS
1.     Dapat memahami definisi system rujukan
2.     Dapat memahami tujuan system rujukan
3.     Dapat memahami jenis – jenis rujukan
4.     Dapat memahami jenjang tingkat tempat rujukan
5.     Dapat memahami jalur rujukan
6.     Dapat memahami mekanisme rujukan
1.     D. SUB POKOK BAHASAN / MATERI
1. Definisi
Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi
2. Tujuan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB
3. Jenis Rujukan
1.     Rujukan medic yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain:
1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lenih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
1.     Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional
4. Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1.     Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
1.     Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
1.     Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
1.     Dari Pondok bersalin / Bidan Desa
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
5. Skema rujukan dan jenjang pelayanan kesehatan




1.     6. Persiapan rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat “BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :
B (bidang) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop
K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)
O (obat) : bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat
U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan
1.     7. Keuntungan system rujukan
1.     Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga
2.     Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing – masing
3.     Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
1.     8. Mekanisme rujukan
1.     Menetukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
1.     Menetukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
1.     Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan informasi tentang perlunya pendeerita segera dirujuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2.     Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang ditunju melalui telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
3.     Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan, Surat rujukan harus dipersiapkan si=esuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.
1.     Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
1.     Tindak lanjut penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
2) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan kunjungan rumah.
RUJUKAN KEBIDANAN
System rujukan dalam mekanisme pelayanan obtetrik adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbale-balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertical maupun horizontal.
Rujukan vertical maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah lengkap.
Indikasi perujukan ibu yaitu :
1.     Riwayat seksio sesaria
2.     Perdarahan per vaginam
3.     Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
4.     Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
5.     Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam)
6.     Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
7.     Ikterus
8.     Anemia berat
9.     Tanda/gejala infeksi
10.  Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
11.  TInggi fundus uteri 40 cm atau lebih
12.  Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk 5/5
13.  Presentasi bukan belakang kepala
14.  Kehamilan gemeli
15.  Presentasi majemuk
16.  Tali pusat menumbung
17.  Syok
1.     E. RINGKASAN
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Yang bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.
Jenis system rujukan ada 2 macam yaitu rujukan medis dan rujukan kesehatan. Hal – hal yang harus dipersiapkan dalam rujukan yaitu “BAKSOKU”
1.     F. Evalusi dan kunci
Soal !!
1.     Sebutkan definisi system rujukan !
2.     Sebutkan dan jelaskan jenis system rujukan!
3.     Sebutkan langkah – langkah dalam mekanisme system rujukan !
Kunci !!
1.     Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi
2.     - Rujukan medic yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu menangani secara rasional.
- Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap
1.     - Menentukan kegawatdaruratan penderita
- Menetukan tempat rujukan
- Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
- Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
- Persiapan penderita
- Pengiriman penderita
- Tindak lanjut penderita
1.     G. Referensi
Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya
http://lubis454.wordpress.com/category/rujukan-persalinan/